Nur Annisa

Belajar ngeblog…….

Siti Khadijah (istri rasulullah) August 30, 2009

Filed under: Education — An-Niez @ 2:15 pm
Tags: , , , ,

Siti Khadijah, istri Rasul yang pertama, adalah wanita kaya yang tidak hanya berasal dari keturunan bangsawan, beliau juga berwawasan luas dan memiliki kepribadian yang kuat. Empat unsur kelebihan yang beliau miliki tersebut membuatnya menjadi wanita yang tidak hanya berwibawa dan disegani, tapi sekaligus juga dihormati dan menarik banyak kalangan pria Arab bangsawan kaya antri untuk meminangnya, kendatipun waktu itu beliau sudah berusia cukup lanjut, 40 tahun.

Namun, sebagai pribadi yang memiliki wawasan luas dan berkepribadian kuat ia tidak mudah menjatuhkan pilihan pada sembarang pria. Baginya, harta yang melimpah dari para pria yang meminangnya tidak akan menjamin hidupnya bahagia. Begitu juga ketampanan seorang pria tidak membuatnya tergoda; ketampanan fisik hanya menarik kekaguman sekejap. Begitu juga kebangsawanan, keningratan, “kedarahbiruan” tidak menjamin seseorang memiliki kepribadian yang baik.

Oleh karena itu tidaklah aneh apabila Siti Khadijah tertarik pada seorang pria miskin bernama Muhammad (waktu itu belum menjadi Nabi dan Rasul). Bukanlah kebangsawanan Muhammad—yang berasal dari suku Quraisy yang ternama—yang membuat hatinya tergerak untuk menikah lagi. Bukan pula ketampanan Muhammad yang mengesankannya.

Wanita yang baik hati, yang berilmu dan berkepribadian kuat akan selalu tertarik hatinya untuk menikah dengan pria yang menonjol kepribadiannya. Yang jujur, dapat dipercaya, memiliki sifat mengayomi, lemah lembut tapi tegas pada saat yang diperlukan, dan yang tak kalah pentingnya, memiliki wawasan atau ilmu yang mencukupi untuk menjadi pemimpin bahtera rumah tangga selamanya. Selama hidup di dunia.

Semua karakter atau kepribadian ideal yang diimpikan Siti Khadijah terkumpul pada diri Muhammad. Dan karena itu,wanita berkepribadian kuat seperti Siti Khadijah tidak merasa malu mengambil inisiatif meminang Muhammad sebagai calon suaminya. Pasangan ideal ini hidup dengan harmonis sampai Siti Khadijah wafat lebih dulu. Rasulullah sendiri sering memuji keagungan hatinya dan keluasan wawasannya serta kematangan sikapnya yang sampai mengundang rasa cemburu Siti Aisyah, salah seorang istri Nabi yang dinikahi setelah wafatnya Siti Khadijah.

Kehalusan budi, kematangan sikap dan keluasan wawasan adalah salah satu tanda seorang wanita yang memiliki kepribadian. Keteguhan dalam memegang prinsip nilai-nilai ajaran Islam dan kemauan untuk menjauhi perilaku yang ditabukan masyarakat setempat adalah standar sejauh mana kita akan dianggap sebagai wanita yang memiliki kepribadian atau tidak.

Perlu dicatat bahwa kepribadian kuat– yang antara lain ditandai dengan sikap tak mudah hanyut pada arus atau tren negatif– adalah timbul dari determinasi (kemauan kuat) untuk memperbaiki perilaku menjadi lebih baik setiap waktu; hari demi hari sepanjang hidup. Dan terkadang hal ini tidak selalu berkaitan dengan keilmuan yang dimiliki. Sering kita melihat wanita pintar yang berkepribadian sangat menjengkelkan, begitu juga sebaliknya, tak jarang kita menjumpai wanita yang tidak begitu pintar tapi memiliki kepribadian yang menyenangkan dan disukai yang mengundang rasa hormat kita.

Islam menganjurkan agar kita memiliki keduanya: ilmu dan wawasan yang luas (QS Al Mujadalah 58:11) serta kepribadian yang kuat (QS At Tin 95:4-6) sebagai salah satu kunci menuju kepribadian wanita salihah.

<!–[if gte vml 1]> <![endif]–><!–[if !vml]–><!–[endif]–>

Istri-istri Rasulullah : Khodijah binti Khuwailid
Penulis: Majalah Salafy Edisi XIII/1417/1997
Kewanitaan, 10 Maret 2005, 02:13:59

Istri Yang Tercinta
Wahai Muslimah…
Mengapa kita harus mencari panutan yang lain,
Kalau di hadapan kita ada sosok yang paling baik,
dan Mulia Ibu bagi orang Mukminin…
Istri yang setia lagi Taat…
Sebagai penentram hati sang suami…
dan sebaik-baik teladan bagi kaum wanita…

Simaklah sabda Rasulullah :
“Sebaik-baik wanita ialah Maryam binti Imran. Sebaik-baik wanita ialah Khadijah binti Khuwailid. (HR Muslim dari Ali bin Abu Thalib radiyallahu ‘anhu).

“Dan sebaik -baik wanita dalam masanya adalah Khadijah”

Dialah Khadijah binti Khuwailid istri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang pertama. Ia lahir pada tahun 68 sebelum Hijrah. Hidup dan tumbuh serta berkembang dalam suasana keluarga yang terhormat dan terpandang, berakhlak mulia, terpuji, berkemauan tinggi, serta mempunyai akal yang suci, sehingga pada zaman jahiliyah diberi gelar “Ath-Thahirah”.

Khadijah adalah wanita kaya yang hidup dari usaha perniagaan. Dan untuk menjalankan perniagaannya itu ia memiliki beberapa tenaga laki-laki, diantaranya adalah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam (sebelum beliau menjadi suaminya).

Sebenarnya Khadijah adalah wanita janda yang telah menikah dua kali. Pertama ia menikah dengan Zurarah At-Tamimi dan yang kedua menikah dengan Atid bin Abid Al-Makhzumi. Dan masing-masing wafat dengan meninggalkan seorang putera.

Pada masa jandanya, banyak tokoh Quraisy yang ingin mempersuntingnya. Namun ia selalu menolaknya. Dibalik semua itu, Allah memang telah mempersiapkan Khadijah binti khuwailid untuk menjadi pendamping Rasul-Nya yang terakhir, yakni Muhammad bin Abdullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Untuk pembela dan penolong risalah yang beliau sampaikan.

Pada usianya yang ke empat puluh, beliau menikah dengan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, pada waktu itu Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam belum diangkat menjadi rasul dan baru berusia 25 tahun.

Perbedaan usia tidaklah menimbulkan permasalahan bagi rumah tangga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bahkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pada waktu membentuk rumah tangga dengannya tidak mempunyai isteri yang lainnya.

Pernikahannya dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dikaruniai beberapa putera oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala yaitu Qosim, Abdullah, Zainab, Ruqayah, Ummu Kultsum dan Fathimah. Namun putera beliau yang laki-laki meninggal dunia sebelum dewasa.

Suatu hari Khadijah mendapatkan suaminya pulang dalam keadaan gemetaran. Terpancar dari raut wajahnya kekhawatiran dan ketakutan yang sangat besar.

“Selimuti aku!…., Selimuti aku!…, “ seru Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada isterinya. Demi melihat kondisi yang seperti itu, tidaklah membuat Khodijah menjadi panik. Kemudian diselimuti dan dicoba untuk menenangkan perasaan suaminya. Rasul pun segera menceritakan pada istrinya, kini tanpa disadarinya, tahulah ia bahwa suaminya adalah utusan Allah subhanahu wa ta’ala. Dengan tenang dan lemah lembut, Khadijah berkata : ”Wahai putera pamanku, Demi Allah, dia tidak akan menghinakanmu selama-lamanya. Karena sesungguhnya engkau termasuk orang yang selalu menyambung tali persaudaraan, berkata benar, setia memikul beban, menghormati dan suka menolong orang lain”. Tutur kata manis dari sang istri menjadikan beliau lebih percaya diri dan tenang. Khadijah, …sungguh mulia akhlaqmu.

Diawal permulaan Islam, peranan Khadijah tidaklah sedikit. Dengan setia ia menemani suaminya dalam menyampaikan Risalah yang diemban oleh beliau dari Rabb Subhanahu wa Ta’ala. Wanita pertama yang beriman kepada Allah ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajaknya menuju jalan Rabb-Nya. Dia yang membantu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam mengibarkan bendera Islam. bersama Rasulullah sebagai angkatan pertama. Dengan penuh semangat, Khadijah turut berjihad dan berjuang, mengorbankan harta, jiwa, dan berani menentang kejahilan kaumnya.

Khadijah seorang yang senantiasa menentramkan dan menghibur Rasul disaat kaumnya mendustakan risalah yang dibawa. Seorang pendorong utama bagi Rasul untuk selalu giat berda’wah, bersemangat dan tidak pantang menyerah. Ia juga selalu berusaha meringankan beban berat di pundak Rasul. Perhatikan pujian Rasul terhadap Khadijah :
“Dia (Khadijah) beriman kepadaku disaat orang-orang mengingkari. Ia membenarkanku disaat orang mendustakan. Dan ia membantuku dengan hartanya ketika orang-orang tiada mau”. (HR. Ahmad, Al-Isti’ab karya Ibnu Abdil Ba’ar)

Kebijakan, kesetiaan dan berbagai kebaikan Khadijah tidak pernah lepas dari ingatan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bahkan sampai Khadijah meninggal. Ia benar-benar seorang istri yang mendapat tempat tersendiri di dalam hati Rasulullah shallallalhu ‘alaihi wa sallam. Betapa kasih beliau kepada Khadijah, dapat kita simak dari ucapan ‘Aisyah . “Belum pernah aku cemburu terhadap istri-istri Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana cemburuku pada Khadijah, padahal aku tidak pernah melihatnya. Tetapi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu menyebut-nyebut namanya, bahkan adakalanya menyembelih kambing dan dibagikannya kepada kawan-kawan Khadijah. Bahkan pernah saya tegur, seakan-akan di dunia tidak ada wanita selain Khadijah, lalu Nabi menyebut beberapa kebaikan Khadijah, dia dahulu begini dan begitu, selain itu, aku mendapat anak daripadanya.”

Khadijah binti Khuwailid, wafat tiga tahun sebelum hijrah dalam usia 65 tahun. Kepergiaannya membuat kesedihan yang sangat mendalam di hati Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam maupun umat Islam. Ia pergi menghadap Rabb-Nya dengan meninggalkan banyak kebaikan yang tak terlupakan.

Itlah Khadijah binti Khuwailid, yang Allah pernah menyampaikan peghormatan (salam) kepadanya dan Allah janjikan untuknya sebuah rumah di Syurga. Sebagaimana telah disebut dalam hadist dari Abu Hurairah: “Jibril datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berkata: “Wahai Rasulullah, ini Khadijah datang kepada engkau dengan membawa bejana berisi lauk pauk atau makanan atau minuman. Apabila ia datang kepadamu, sampaikanlah salam kepadanya dari Tuhannya Yang Maha Mulia lagi Maha Agung dan juga dariku dan kabarkanlah berita gembira kepadanya mengenai sebuah rumah di surga yang terbuat dari mutiara di dalamnya tidak ada keributan dan kesusahan.” (HR Muslim dari Abu Hurairah radiyallahu ‘anhu).

Wahai orang yang terperdaya, .. istana tersebut lebih baik dari pada gemerlapnya dunia yang telah memperdayakanmu. Dan ini adalah sebaik-baik kabar gembira dibanding dunia dan segala isinya. Tidakkah kalian ingin mendapatkannya pula?

Mudah-mudahan Allah memberikan balasan kepada Khadijah atas segala jasa dan kebaikanya dalam membela agama dan Rasul-Nya dengan balasan yang sebaik-baiknya, penuh kenikmatan dan kecemerlangan di dalam “istananya”.

Wallahu ‘alamu bisshowab.

Maraji’ :
1. Al Lu’lu wal Marjan, Bab Keutamaan Khadijah radiyallahu ‘anha, hadits ke 1573, 1577 dan 1575
2. Nurul Yaqin

(Dikutip dari Majalah Salafy bagian Muslimah, tulisan Ummu ‘Umar dan redaksi, Edisi XIII/1417/1997)

Khadijah Binti Khuwailid

Riwayat Hidup Singkat

Khadijah binti Khuwailid bin Asad bin ‘Abdul ‘Uza bin Qushay
Dari suku Quraisy Asadiyah
Ibunya bernama Fathimah binti Zaidah bin al-Asham
seorang wanita terhormat yang memiliki kedudukan terhormat dan kaya. Dia menginvestasikan hartanya dalam perdagangan
Sebelum menikah dengan Nabi Muhammad, Khadijah telah menikah dengan dua orang laki-laki.

pertama: beliau menikah dengan Atiq bin A’id bin Makhzum. […]

 

KHADIJAH RA:
Wanita di sisi Rasulullah

“Demi Allah, tidak ada ganti yang lebih baik dari dia, yang beriman kepadaku saat semua orang ingkar, yang percaya kepadaku ketika semua mendustakan, yang mengorbankan semua hartanya saat semua berusaha mempertahankannya dan … darinyalah aku mendapatkan keturunan.”

Begitulah Rasulullah saw berkata tentang kepribadian Khadijjah, istrinya. Seorang isteri sejati, muslimah yang dengan segenap kemampuan dirinya berkorban demi kejayaan Islam. 

Siti Khadijah berasal dari keturunan yang terhormat, mempunyai harta kekayaan yang tidak sedikit serta terkenal sebagai wanita yang tegas dan cerdas. Bukan sekali dua kali pemuka kaum Quraisy cuba untuk mempersunting dirinya. Tetapi pilihannya justru jatuh pada seorang pemuda yang bernama Muhammad, pemuda yang begitu mengenal harga dirinya, yang tidak tergiur oleh kekayaan dan kecantikan. 

Saidatina Khadijah RA merupakan wanita pertama beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Beliau banyak membantu dan memperteguhkan tekad Rasulullah SAW melaksanakan risalah dakwah. Beliau sentiasa berusaha meringankan kepedihan hati dan menghilangkan keletihan serta penderitaan yang dialami oleh suaminya dalam menjalankan tugas dakwah. Inilah keistimewaan dan keutamaan Khadijah dalam sejarah perjuangan Islam. Beliau adalah sumber kekuatan yang berada di belakang Rasulullah SAW.  

KESETIAAN YANG BERSEJARAH 

Mari kita singkap kembali peristiwa yang sungguh mendebarkan jantung Rasulullah SAW. Peristiwa itu ialah penerimaan wahyu yang pertama di Gua Hira. Sekembalinya ke rumah, baginda berkata kepada isterinya yang tercinta, Aku berasa khuatir terhadap diriku.
Khadijah berusaha menabahkan hati suami yang ditaatinya dengan berkata, Wahai kekanda, demi Allah, Tuhan tidak akan mengecewakanmu kerana sesungguhnya kekanda adalah orang yang selalu memupuk dan menjaga kekeluargaan serta sanggup memikul tanggungjawab. Dirimu dikenali sebagai penolong kaum yang sengsara, sebagai tuan rumah yang menyenangkan tamu, ringan tangan dalam memberi pertolongan, sentiasa berbicara benar dan setia kepada amanah.
 

Apakah ada wanita lain yang dapat menyambut sedemikian baik peristiwa bersejarah yang berlaku di Gua Hira seperti yang dilakukan oleh Khadijah kepada suaminya? Apa yang dikatakan oleh Khadijah kepada suaminya pada saat menghadapi peristiwa besar itu menunjukkan betapa besarnya kepercayaan dan kasih sayang seorang isteri kepada suami yang dilandasi iman yang teguh. Sedikit pun Khadijah tidak berasa ragu-ragu atau syak di dalam hatinya. Persoalannya, dapatkah kita berlaku demikian?

Khadijah merupakan wanita kaya dan terkenal. Beliau boleh hidup mewah dengan hartanya sendiri. Namun semua itu dengan rela dikorbankannya untuk memudahkan tugas-tugas suaminya. Hal ini jelas menunjukkan beliau merupakan wanita yang mendorong kemajuan pahlawan umat manusia, melindungi pejuang terbesar dalam sejarah dengan mewujudkan kedamaian dalam kehidupan suaminya. Sikap inilah yang menjadi sumber kekuatan kepada Rasulullah SAW sepanjang kehidupan mereka bersama. Oleh itu, kita perlu berdoa semoga Allah memberi kita kekuatan untuk membantu menguatkan semangat jihad golongan lelaki yang seangkatan dengan kita.

KESETIAAN YANG MENDORONG KEGIGIHAN

Mari kita teliti, fahami serta hayati beberapa gambaran kesetiaan Khadijah yang telah membina kekuatan pada diri dan kehidupan penegak risalah Islam itu.

Sepanjang hidupnya bersama Rasulullah SAW, Khadijah begitu setia menyertai baginda dalam setiap peristiwa suka dan duka. Setiap kali suaminya ke Gua Hira, beliau pasti menyiapkan semua bekalan dan keperluannya. Seandainya Rasulullah SAW agak lama tidak pulang, beliau akan meninjau untuk memastikan keselamatan baginda. Sekiranya baginda khusyu bermunajat, beliau tinggal di rumah dengan sabar sehingga baginda pulang. Apabila suaminya mengadu kesusahan serta berada dalam keadaan gelisah, beliau cuba sedaya mungkin mententeram dan menghiburkannya sehingga suaminya benar-benar merasai ketenangan. Setiap ancaman dan penganiayaan dihadapi bersama. Malah dalam banyak kegiatan peribadatan Rasulullah SAW, Khadijah pasti bersama dan membantu baginda seperti menyediakan air untuk mengambil wuduk.

Kecintaan Khadijah bukanlah sekadar kecintaan kepada suami, sebaliknya yang jelas adalah berlandaskan keyakinan yang kuat tentang keesaan Allah SWT. Segala pengorbanan untuk suaminya adalah ikhlas untuk mencari keredaan Allah SWT. Allah Maha Adil dalam memberi rahmat-Nya. Setiap amalan yang dilaksanakan dengan penuh keikhlasan pasti mendapat ganjaran yang berkekalan. Firman Allah yang bermaksud:

Barang siapa yang mengerjakan amalan saleh, baik lelaki mahupun wanita dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami berikan balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik daripada apa yang telah mereka kerjakan.    (An-Nahl: 97)

Janji Allah itu pasti benar. Kesan kesetiaan Khadijah bukan sekadar menghasilkan kekuatan yang mendorong kegigihan dan perjuangan Rasulullah SAW, malah membawa barakah yang besar kepada rumah tangga mereka berdua. Anak-anak yang lahir juga adalah anak-anak yang saleh. Keturunan zuriat ahlul-bait Rasulullah SAW merupakan insan yang sentiasa taat melaksanakan perintah Allah SWT. Semua ini menghasilkan kekuatan yang membantu meningkatkan perjuangan Islam.

Wahai muslimah, sekarang adalah masa untuk kita hidupkan kembali hakikat ini dalam kehidupan kita. Semoga kekuatan Islam akan kembali mentadbir kehidupan insan.

Wanita Di Sisi Rasulullah saw

“Demi Allah, tidak ada ganti yang lebih baik dari dia, yang beriman kepadaku saat semua orang ingkar, yang percaya kepadaku ketika semua mendustakan, yang mengorbankan semua hartanya saat semua berusaha mempertahankannya dan … darinyalah aku mendapatkan keturunan.”

Begitulah Rasulullah saw berkata tentang kepribadian Khadijjah, istrinya. Seorang istri sejati, muslimah yang dengan segenap kemampuan dirinya berkorban demi kejayaan Islam. *****

Siti Khadijah berasal dari keturunan yang terhormat, mempunyai harta kekayaan yang tidak sedikit serta terkenal sebagai wanita yang tegas dan cerdas. Bukan sekali dua kali pemuka kaum Quraisy mencoba untuk mempersunting dirinya. Tetapi toh pilihannya justru jatuh pada seorang pemuda yang bernama Muhammad, pemuda yang begitu mengenal harga dirinya, yang tidak tergiur oleh kekayaan dan kecantikan.

Bukan harta, ketampanan, ketenaran serta rentangan usia yang ia inginkan, ketika ia memutuskan untuk membangun kembali sebuah rumah tangga dengan pemuda Muhammad. Tapi kepribadian Muhammad yang agung, kejujurannya serta budi pekertinya yang agung, yang telah memikat hatinya.

Ketika suami tercinta diangkat Allah menjadi seorang Rasul penutup, bukanlah sedikit peranan yang dimainkan Khadijah. Darinya Muhammad Rasulullah mendapatkan ketenangan, ketenangan yang selalu didambakan oleh seorang suami dari istrinya.

Ketika Rasulullah datang padanya dengan berkeringat dan wajah yang pucat pasi serta hatinya yang dilanda gundah-gulana setelah kunjungan Malaikat Jibril di gua Hira, di suatu malam Lailatul Qadr di bulan Ramadhan, dengan lembut dan kasih sayang Khadijah memeluk dan menyelimutinya seraya berkata, “Bergembiralah ! Demi Allah, Allah tidak akan mengecewakanmu. Engkau adalah seorang yang selalu baik terhadap kerabat, selalu berbicara benar, membantu orang yang lemah, menolong orang sengsara, menghormati tamu dan membela orang yang berdiri diatas kebenaran.”

Beliau adalah contoh terbaik bagi setiap wanita yang pantas melengkapi kesempurnaan seorang manusia besar, seorang pembawa risalah Islam yang agung, yang tengah mengendap-endapdi dalam pekatnya kepulan debu budaya jahiliyyah. Tanpa sedikitpun keraguan, ia langsung mengimani apa yang Allah turunkan pada Rasulullah di malam itu.

Rumah tangga yang tengah dibangunnya adalah rumah tangga penuh dengan kebahagiaan, atau tepatnya rumah tangga yang paling bahagia, rumah tangga yang selalu diliputi dengan ketakwaan kepada Allah, kesucian yang jauh dari kekotoran nilai-nilai kebodohan dan pemujaan berhala. Salah satu persembahan rasa cinta bagi suaminya, adalah dengan kelahiran keempat putri dan dua orang putra. Putri-putrinya bernama Zainab, Ruqayyah, Ummu Kaltsum, dan Fathimah. Sedangkan dua orang putranya bernama Al-Qasim dan Abdullah. Namun atas kehendak Allah pula kedua putranya tersebut hanya beberapa saat berada di pangkuan, kemudian kembali menghadap kehadirat Allah.

Sejenak, hal ini membuat hatinya menjadi resah dan sedih, mengingat akan pentingnya kedudukan seorang anak laki-laki dalam masyarakat Arab masa itu. Namun dengan kesabaran dan tawakal, dia terima semua kehendak Allah tersebut. Innalillaahi wa inna ilaihi raaji’uun, segalanya adalah milik Allah dan akan kembali kepada Allah …

Khadijah adalah seorang istri yang selalu siap disamping suaminya, siap membela dan membantu setiap langkah perjuangan Rasulullah. Pemboikotan terhadap bani Hasyim dan pengusiran keluarga mereka adalah sebagian kecil dari kesengsaraan, derita dan penganiayaan yang dialaminya. Namun tekanan dan penderitaan selama masa pemboikotan tersebut (3 tahun penuh) tidaklah membuatnya menjadi lemah semangat, bahkan ia semakin tegar, tetap tegak mendampingi sang suami.

Siti Khadijah sungguh merupakan nikmat karunia Allah yang dilimpahkan kepada Rasulullah. Seorang istri yang amat setia. Ia selalu berada di sisi Rasulullah, ketika beliau mnghadapi pahit getirnya perjuangan menegakkan Islam.

Betapa banyaknya istri dari nabi terdahulu yang menghianati Risalah yang dibawa suaminya, seperti contohnya istri nabi Nuh dan istri nabi Luth. Namun tidak demikian halnya dengan Siti Khadijah. Air mukanya selalu tampak cerah memantulkan pengaruh wahyu Illahi.

Seperempat abad Khadijah mendampingi Rasulullah. Dalam usianya yang menginjak 65 tahun, Allah berkenan memanggilnya kembali. Tahun tersebut menjadi tahun kesedihan bagi Rasulullah. Betapa tidak, seorang yang selama ini setia mendampingi perjuangannya, menenangkan hatinya, mengorbankan segala yang ada pada dirinya, tidak lagi ada di sisinya.

Sitti Khadijjah, ridha Allah dan Rasulullah baginya, semoga rahmat Allah selalu tercurah atas dirinya.

Sumber : Fiqhus Sirah, karya Muhammad Al-Ghazaly Istri-Istri nabi, karya Aisyah abdurrahman

 Dari Berbagai Sumber… 

An_niezty

 

31 Responses to “Siti Khadijah (istri rasulullah)”

  1. fitri Says:

    mohon dikirim artikel-artikel tentang Rasulullah SAW dan para sahabat beliau.

  2. areta Says:

    subhanallah…. tericptanya sti khodijah yg membri inspirsi bgi sya…. seakan mebri hya dlam glpnya jlan hdup ini…..

  3. gusta Says:

    assalamualaikum….
    sebelumnya saya mau tanya nie, Nabi Muhammad SAW menikah dengan siti khodijah seorang janda… terus benar gk kalau suami pertamanya itu Atiq bin A’id bin Makhzum… bisa di pertanggung jawabkan apa tidak… terima kasih…

    • anis Says:

      wa’alaikumsalam, insyallah benar. artikel didapatkan dari beberapa sumber dan sudah diperiksa oleh guru agama saya.

  4. assalamu’alaikum, terima kasih atas artikelnya, saya jadi tau siapa suami St khadijah sebelum Rasul,……….

  5. anis Says:

    Wa’alaikumsalam, terimakasih telah mengunjungi blog saya. alhamdulillah jika artikel ini dapat bermanfaat bagi Anda.

  6. sungguh mulia sifat Istri nabi Muhammad SAW, Siti Khadijah…..

  7. Ben Ehni Says:

    smoga saya bsa mndapat kn istri sperti siti khadijah amin ya robb..

  8. prasetya jhon Says:

    trm ksh atas ilmunya ttg khadijah istri rasulullah

  9. Alma Silva Says:

    Subhanallahh…
    saya baru tau cerita sebenarnya tentang Rasullulah dan istrinya yang begitu memberi inspirasi saya saat saya menikah kelak..

  10. iezul Says:

    subhanallah postingan yang sangat bagus…..lengkap banget 🙂

  11. An-Niez Says:

    alhamdulillah… terima kasih atas kunjungannya ya…
    semoga bermanfaat ^__^

  12. regiana Says:

    gak ada yang aku cari 😦 (t)

  13. Adityo Prawinanto Says:

    Sangat bermanfaat … ada yang ingin saya tanyakan, dan maklumilah kebodohan saya, karena saya memang masih dalam tahap belajar… Apakah Khadijah sudah mendirikan shalat ketika beliau wafat… terimakasih banyak , Wass.wr.wb

  14. rose Says:

    subhanalloh…..betapa mulianya beliau…semoga suatu hari nnt jika aku menikah bisa meneladani sifatnya yg mulia.amin.sukron.barokallohu fiiki

  15. aya Says:

    subhanallah

  16. nuruddin Says:

    bagus bagas

  17. Maha suci Allah…yang memiliki kesempurnaan .Jadikanlah kami dan anak2 kami yang menjadi pewaris segala kemuliaan dan keagungan orang yang menjadi pilihan dan yang kau cintai Amiin….

  18. khadija Says:

    mudah2han para akhwan juga bisa mengikuti jejak sitti khadija…amin;)

  19. sujinta Says:

    Subhanallah….. sungguh mulianya pekerti Istri Nabi kita,, smoga ni bs jd pedoman kt smua sbg calon istri y bs berbakti kpd suami dan membela agama Islam Smua ats ridha Allah SWT.. Kpd Nabi kt Muhammad SAW

  20. jumanta Says:

    Aku mau tanya nih..St.Khadijah wafatnya sesudah atau sebelum di isra Mirajnya nabi Muhammad SAW


Leave a reply to Nurul Hasanah Cancel reply